Inovasi di dalam bidang ekonomi yang berkelanjutan memang belum menjadi prioritas dalam pembangunan daerah. Namun, di bawah kepemimpinan Bupati H. Dodi Reza Alex Noerdin Lic., Econ., M.B.A dan Wakil Bupati Beni Hernedi, A.Md, Kabupaten Musi Banyuasin (Muba) melakukan percepatan realisasi pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Kabupaten Muba bahkan juga sedang mempersiapkan diri menjadi ibukota energi berkelanjutan berbasis sawit untuk mengoptimalisasi pengelolaan serta produksi energi berkelanjutan sesuai dengan SDGs hingga tahun 2030 mendatang.
Realisasi pembangunan ekonomi yang berkelanjutan tersebut bahkan membawa Kabupaten Muba dianugerahi Daya Saing Daerah Berkelanjutan Award pada Katadata Regional Summit 2020. Penganugerahan Daya Saing Daerah Berkelanjutan Award ini diberikan oleh Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD), Kinara Indonesia, dan Katadata Insight Center sebagai apresiasi terhadap inovasi berbasis prinsip keberlanjutan yang secara konsisten dilakukan oleh Pemerintah Muba.
Dari studi yang dilakukan sejak kuartal I tahun 2020 terhadap 356 kabupaten di Indonesia, KPPOD menilai Kabupaten Muba memiliki tata kelola, pemerintahan yang berkomitmen tinggi, dan inovasi-inovasi daerah yang baik ke arah praktik berkelanjutan. Hal tersebut tercermin dalam skor kualitas hidup dan pengelolaan sumber daya alam (SDA) yang tinggi dalam Indeks Daya Saing Daerah Berkelanjutan (IDSDB), yang disusun oleh KPPOD bersama dengan Katadata Insight Center. Tercatat, skor untuk elemen kualitas hidup Muba 90,79 dan pengelolaan sumber daya alam 81,87. Skor tersebut mengantarkan Muba menempati peringkat ke-2 IDSDB dengan skor keseluruhan 64,48.
Kunci keberhasilan ini terletak pada upaya-upaya Kabupaten Muba mencapai keseimbangan antara pembangunan Kabupaten dengan lingkungan yang memanfaatkan sumber daya alam melimpah, infrastruktur, dukungan sosial, dan kepemimpinan yang mendukung perbaikan tata kelola, sekaligus mengedepankan kesejahteraan masyarakatnya. Di samping itu, Pemerintah Daerah Kabupaten Muba juga selalu melakukan berbagai inovasi dengan memperhatikan indikator-indikator pembangunan hijau.
Melalui kolaborasi dengan Yayasan Inisiatif Dagang Hijau (IDH) dan jejaringnya, Kabupaten Muba mengembangkan berbagai peluang kerja sama dan investasi hijau melalui skema Verified Sourcing Area (VSA). Skema VSA ini menyatukan para pemilik perkebunan, aktor rantai pasok, dan pembeli akhir dalam satu kabupaten untuk menciptakan sumber daya lestari.
Dalam model bisnis ini, kesepakatan Produksi, Proteksi, Inklusi (PPI) mendorong terwujudnya transparansi rantai pasok. Proyek percontohan VSA yang telah diterapkan di Kabupaten Muba ini mendukung terwujudnya target yang tercantum dalam kesepakatan PPI. Target tersebut antara lain peningkatan 30 persen volume produksi minyak kelapa sawit (CPO), penurunan laju deforestasi di luar dan di dalam konsesi, serta legalitas kepemilikan lahan.
Hasilnya terbukti dalam prestasi Pemerintah Daerah Kabupaten Muba yang telah 21 kali mendapatkan Piala Adipura dan penghargaan dari pemerintah Inggris sebagai pelopor implementasi pembangkit listrik zero emission. Apresiasi tersebut berkat komitmen Muba dalam mewujudkan sustainable city yang menyelaraskan fungsi pertumbuhan ekonomi, sosial, dan ekologis dengan tata pemerintahan yang baik. Muba juga merupakan kabupaten di Indonesia yang pertama kali mendukung implementasi Kemitraan Pengelolaan Lanskap (KOLEGA) di Sumatera Selatan yang bertujuan mendukung pembangunan hijau. Selain itu, Muba meraih Proklim Utama Tahun 2020 karena dinilai berhasil dalam upaya peningkatan ketahanan pangan. Di antaranya melalui pertanian terpadu (integrated farming) yang menggabungkan kegiatan pertanian, peternakan, perikanan, dan pemanfaatan lahan pekarangan.
Berbagai apresiasi yang dicapai oleh Kabupaten Muba ini tak lepas dari peran dan kolaborasi berbagai pihak, yang diinisiasi oleh Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL). Sebagai forum kolaborasi yang dibentuk dan dikelola oleh pemerintah kabupaten untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan, LTKL berupaya menjembatani dukungan bagi kabupaten untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan dari jejaring mitra pembangunan nasional dan global, termasuk masyarakat sipil, akademisi, dan swasta.
Sementara itu, LTKL juga menggandeng Supernova Ecosystem, sebuah organisasi katalis yang membantu mendorong investasi lestari (impact investment) di tingkat sub-nasional di Indonesia lewat komoditas hijau dan pembangunan berkelanjutan. Melalui kolaborasi ini Kabupaten Muba juga menunjukkan komitmennya untuk terus mendorong pembangunan yang menyejahterakan masyarakat demi menarik investasi dari pihak swasta, khususnya investasi berdampak (impact investment).
Salah satu investor asing, Mana Impact Partners Ltd. yang telah banyak terlibat dalam kewirausahaan sosial Indonesia ini bahkan secara khusus menyatakan ketertarikannya berinvestasi di Kabupaten Muba. Kabupaten Musi Banyuasin memang memiliki potensi ekonomi yang besar, seperti luas hutan produksi yang mencapai hampir 30% dari luas kabupaten, komoditas utama sawit dan karet, serta gambir dan pelepah pinang yang siap dikembangkan. Menurut Patti Chu, Chief Growth Officer/Co-Founder Mana Impact Partners Ltd., Kabupaten Muba memiliki banyak peluang pertanian, yang merupakan salah satu fokus perusahaannya. “Kami melihat ada dorongan kuat dari pemerintah untuk membuat sistem pertanian lebih berkelanjutan, yang merupakan pendorong positif untuk adopsi yang lebih besar dari praktik-praktik pertanian regeneratif dan berkelanjutan lainnya,” tutur Patti.
Peluang investasi yang masuk ke Indonesia terbukti sangat tinggi. Hal ini dapat dilihat pada data Badan Koordinasi Penanaman Modal, realisasi investasi yang masuk ke Indonesia tahun 2019 mencapai 102,2%. Namun sayangnya, realisasi ini belum berbanding lurus dengan pemerataan investasi yang masuk ke daerah. Itu sebabnya, diperlukan juga berbagai upaya daerah lainnya untuk ‘menjemput bola’ dengan melakukan inovasi yang memperhatikan prinsip-prinsip berkelanjutan seperti yang telah dirintis oleh Pemerintah Kabupaten Muba.
Upaya inovatif lainnya yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Muba dalam mengembangkan potensi daerahnya adalah melalui kerja sama dengan sebuah perusahaan swasta untuk memproduksi aspal dari karet alam secara pabrikan. Dengan campuran karet alam ini, aspal akan menjadi lebih lentur dan lebih tahan terhadap penetrasi air sehingga lebih awet. Tak hanya ramah lingkungan, aspal karet ini diprediksi akan meningkatkan perekonomian petani karet karena nilai jual melambung hingga dua kali lipat, yaitu mencapai Rp 20.000 per kilogram.
Kabupaten Muba juga memiliki tanaman gambir, atau yang lebih dikenal dengan nama gambo dalam bahasa lokal, yang belum banyak dimanfaatkan. Buah gambir tak hanya memiliki banyak manfaat sebagai bahan baku kosmetik dan obat-obatan, namun ternyata limbah getah hasil produksinya pun dapat dimanfaatkan menjadi pewarna alami untuk kain batik Gambo Muba. Batik Gambo Muba yang merupakan tekstil khas metode jumputan, diwarnai dengan dicelup getah gambir yang awalnya dianggap limbah dan dibuang percuma. Kini, tak hanya jadi produk eco-fashion yang sangat diminati di dunia, batik Gambo Muba berhasil memberdayakan masyarakatnya terutama ibu-ibu rumah tangga dan meningkatkan pendapatan ekonomi.
Inovasi Kabupaten Muba terhadap produk ramah lingkungan lainnya yang menarik di pasar yaitu pelepah pinang. Produk pelepah pinang ini dikelola menjadi wadah makanan pengganti styrofoam dan plastik. Sebelum dicetak menggunakan mesin press, pelepah pinang dicuci bersih menggunakan air. Selanjutnya dikeringkan baik menggunakan pemanas elektrik maupun secara manual di bawah terik matahari dan dilakukan pemotongan sesuai dengan ukuran yang dikehendaki. Kini piring pelepah pinang telah banyak dipesan oleh berbagai rumah makan di Jakarta dan Bali.
Ditulis oleh Stephanie Mamonto untuk Supernova Ecosystem.